Tinjauan: Teknologi Kendali Jarak Jauh untuk Bongkar PLTN
Kemarin (11/03) Jepang memperingati dua tahun gempa dan
tsunami 11 Maret. Dalam Tinjauan pekan ini kami menyoroti penerapan teknologi kendali jarak jauh untuk
membongkar PLTN Fukushima Daiichi yang bermasalah. Kami menyajikan
pandangan komentator senior NHK Noriyuki Mizuno.
Mizuno mengatakan, dua tahun telah berlalu sejak kecelakaan di PLTN Fukushima Daiichi, dan pada saat ini setiap harinya sekitar 3.000 orang terlibat dalam pekerjaan membongkar PLTN tersebut. Namun para pekerja tidak bisa dengan mudah memasuki gedung-gedung reaktor karena tingkat radiasi masih sangat tinggi. Akibatnya, puing-puing reruntuhan di dalam gedung-gedung reaktor kebanyakan masih belum terjamah. Hal ini menjadikan pekerjaan yang melibatkan mesin yang dikendalikan dari jarak-jauh, seperti robot, menjadi bagian penting dari proses pembongkaran PLTN. Akan tetapi terjadi sejumlah kesalahan dan masalah, menekankan sulitnya teknologi kendali jarak jauh.
Misalnya tahun lalu, di reaktor nomor dua, robot berkaki empat kehilangan keseimbangan dan menjadi tidak bisa bergerak. Robot yang mampu naik-turun tangga itu dikembangkan secara independen oleh sebuah pabrikan swasta. Robot tersebut digunakan untuk memeriksa kebocoran air tercemar radiasi di dalam bejana pengungkung. Robot itu terperosok ke dalam lubang di tangga dan tidak bisa bergerak. Pabrikannya belum memeriksa dengan baik lokasi itu sebelum mengerahkan robotnya ke lokasi. Pekerjaan memeriksa kebocoran menjadi terhenti selama lebih dari tiga bulan.
Sementara itu pemerintah pusat dan perusahaan-perusahaan sektor swasta disebut-sebut mengembangkan sekitar belasan jenis robot yang bisa dikendalikan dari jarak jauh untuk digunakan di PLTN Fukushima Daiichi.
Dalam rangka menghindari kesalahan serupa di masa mendatang, pengelola PLTN itu, Perusahaan Tenaga Listrik Tokyo (TEPCO) dan para pengembang harus berkomunikasi dengan baik guna mengembangkan mesin yang memenuhi kebutuhan dalam proses pembongkaran itu. Untuk melakukannya, pemerintah perlu memahami pengembangan teknologi kendali jarak jauh secara keseluruhan dan membuat sebuah sistem untuk memeriksa kemampuan tekniknya.
Untuk saat ini, pemerintah memiliki tim ahli yang bertugas memeriksa kelayakan mesin yang dikembangkan langsung menggunakan dana pemerintah. Namun mereka tidak mengetahui semua robot yang telah dikembangkan oleh pabrikan swasta atau lembaga penelitian, atau bahkan tidak mengetahui jumlah persis robot-robot yang ada.
Pemerintah perlu mempelajari semua mesin-mesin yang mungkin akan digunakan di PLTN Fukushima Daiichi serta mengkaji apakah informasi dari PLTN itu dikomunikasikan dengan baik. Menurut Mizuno, pemerintah perlu membuat teknologi dasar kendali jarak jauh sehingga proses pembongkaran PLTN itu akan berjalan mulus.
Demikian Tinjauan yang hari ini menyajikan pandangan komentator senior NHK Noriyuki Mizuno mengenai teknologi kendali jarak jauh yang digunakan untuk membongkar PLTN Fukushima Daiichi.
Mizuno mengatakan, dua tahun telah berlalu sejak kecelakaan di PLTN Fukushima Daiichi, dan pada saat ini setiap harinya sekitar 3.000 orang terlibat dalam pekerjaan membongkar PLTN tersebut. Namun para pekerja tidak bisa dengan mudah memasuki gedung-gedung reaktor karena tingkat radiasi masih sangat tinggi. Akibatnya, puing-puing reruntuhan di dalam gedung-gedung reaktor kebanyakan masih belum terjamah. Hal ini menjadikan pekerjaan yang melibatkan mesin yang dikendalikan dari jarak-jauh, seperti robot, menjadi bagian penting dari proses pembongkaran PLTN. Akan tetapi terjadi sejumlah kesalahan dan masalah, menekankan sulitnya teknologi kendali jarak jauh.
Misalnya tahun lalu, di reaktor nomor dua, robot berkaki empat kehilangan keseimbangan dan menjadi tidak bisa bergerak. Robot yang mampu naik-turun tangga itu dikembangkan secara independen oleh sebuah pabrikan swasta. Robot tersebut digunakan untuk memeriksa kebocoran air tercemar radiasi di dalam bejana pengungkung. Robot itu terperosok ke dalam lubang di tangga dan tidak bisa bergerak. Pabrikannya belum memeriksa dengan baik lokasi itu sebelum mengerahkan robotnya ke lokasi. Pekerjaan memeriksa kebocoran menjadi terhenti selama lebih dari tiga bulan.
Sementara itu pemerintah pusat dan perusahaan-perusahaan sektor swasta disebut-sebut mengembangkan sekitar belasan jenis robot yang bisa dikendalikan dari jarak jauh untuk digunakan di PLTN Fukushima Daiichi.
Dalam rangka menghindari kesalahan serupa di masa mendatang, pengelola PLTN itu, Perusahaan Tenaga Listrik Tokyo (TEPCO) dan para pengembang harus berkomunikasi dengan baik guna mengembangkan mesin yang memenuhi kebutuhan dalam proses pembongkaran itu. Untuk melakukannya, pemerintah perlu memahami pengembangan teknologi kendali jarak jauh secara keseluruhan dan membuat sebuah sistem untuk memeriksa kemampuan tekniknya.
Untuk saat ini, pemerintah memiliki tim ahli yang bertugas memeriksa kelayakan mesin yang dikembangkan langsung menggunakan dana pemerintah. Namun mereka tidak mengetahui semua robot yang telah dikembangkan oleh pabrikan swasta atau lembaga penelitian, atau bahkan tidak mengetahui jumlah persis robot-robot yang ada.
Pemerintah perlu mempelajari semua mesin-mesin yang mungkin akan digunakan di PLTN Fukushima Daiichi serta mengkaji apakah informasi dari PLTN itu dikomunikasikan dengan baik. Menurut Mizuno, pemerintah perlu membuat teknologi dasar kendali jarak jauh sehingga proses pembongkaran PLTN itu akan berjalan mulus.
Demikian Tinjauan yang hari ini menyajikan pandangan komentator senior NHK Noriyuki Mizuno mengenai teknologi kendali jarak jauh yang digunakan untuk membongkar PLTN Fukushima Daiichi.
sumber : NHK World Japan Indonesian Section
0 komentar: